
Jangan Mudah Terprovokasi Hoax
Teknologi di era digital seperti sekarang ini bertumbuh semakin cepat dari hari ke hari, bulan ke bulan, hingga tahun ke depannya. Secara tidak langsung penggunaan teknologi ini semakin terus meningkat. berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi memberikan banyak sekali kemudahan yang telah dirasakan oleh masyarakat. Akan tetapi, semakin mudah dan cepatnya akses dalam mencari informasi juga memberika dampak yang buruk bagi masyarakat.
Salah satu contoh dampak buruk yang sering bermunculan di media sosial yaitu berita hoax. Berita hoax adalah informasi atau berita palsu atau bohong dengan tujuan membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan. Salah satu berita hoax yang muncul di media sosial yaitu informasi yang diklaim sebagai jadwal penyebaran Covid-19 varian Omicron lebih cepat dari Mei 2022. Kedua tabel tersebut berisikan varian Covid-19 disertai keterangan bulan dan tahun. Pada varian Omicron dan keterangan waktu yang sejajar diberi tanda garis merah.
Faktanya, klaim yang mengatakan bahwa perkiraan penyebaran Covid-19 varian Omicron lebih cepat dari jadwal Mei 2022 adalah salah. Mengutip reuters.com, liputan6.com menyebutkan, dokumen itu tidak dikeluarkan oleh badan mana pun yang terdaftar. Dihubungi oleh Juru Bicara untuk World Economic Forum (WEF), WHO serta Yayasan Bill dan Melinda Gates semuanya mengonfirmasi bahwa dokumen ini tidak terkait dengan organisasi mereka. Tidak ada bukti bahwa varian Covid-19 sedang dijadwalkan, seperti yang diklaim oleh unggahan.
Peredaran berita hoax tersebut menimbulkan keresahan masyarakat dalam berbagai aktivitas, menjadikan warga masyarakat sulit bekerja, dan lain sebagainya. Jika berita hoax terus tersebar dan telah dipercaya oleh masyarakat, maka hal ini dapat memberikan dampak negatif, seperti menjadikan tertutupnya pemikiran masyarakat dalam mempercayai berita yang benar tentang Covid-19 varian Omicron, dalam pengertian masyarakat menjadi sulit menerima dan mempercayai informasi yang benar. Masyarakat juga akan lebih mempercayai berita hoax yang beredar di masyarakat bila tidak ada edukasi yang tepat mengenai Covid-19 varian omicron
Beredarnya berita hoax covid-19 varian omicron memicu kepanikan masyarakat. Masyarakat akan membuat bayangan skenario yang buruk terkait covid-19. Kepanikan ini akan membawa dampak negatif yang menyebabkan masyarakat menjadi stres. Stres yang dialami masyarakat dapat merusak kesehatan mental di saat pandemi dan stres yang berlebihan bisa membuat imunitas menurun sehingga dapat dengan mudah terserang penyakit.
Oleh karenanya, kita sebagai masyarakat harus mengetahui bagaimana solusinya untuk mengantisipasi berita hoax. Jika tidak berhati-hati, masyarakat akan dengan mudah terperangkap oleh tipuan tersebut dan bahkan ikut menyebarkan informasi itu, tentunya akan merugikan banyak pihak.
Lalu bagaimana dengan solusinya agar tidak terhasut? Ada langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah tersebut:
● Hati-hati dengan judul provokatifApabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
● Cermati alamat situsUntuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
● Periksa faktaPerhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
● Cek keaslian fotoCara untuk memeriksa keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
● Ikut serta grup diskusi Anti-hoaxDi Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Peristiwa penyebaran berita hoax yang sedang marak terjadi di Indonesia menyebabkan keresahan di masyarakat. Hal ini perlu disikapi oleh para pengguna media sosial dengan menjadi netter yang cerdas dan lebih selektif serta berhati-hati akan segala berita atau pun informasi yang tersebar.
Masyarakat diharapkan pula untuk tidak langsung mempercayai berita atau informasi yang diterima. Pemerintah diharapkan lebih cepat lagi merespon hoax yang beredar dimasyarakat sehingga dapat meminimalisasi kegaduhan atau keresahan yang terjadi di masyarakat. Pemerintah harus lebih giat mensosialisasikan UU ITE agar masyarakat lebih paham lagi cara menggunakan media sosial dan internet dengan cerdas dan bijaksana, diharapkan internet digunakan untuk kebaikan hidup dan membaikkan kehidupan.
[Sumber berita yang digunakan: liputan6.com dan reuters.com]